Rabu, 23 Maret 2011

laporan aver

LAPORAN AVERTEBRATA AIR

PRAKTIKUM
(FILUM ANNELIDA)





OLEH :

NAMA : LA SUKIRMAN
NO. STAMBUK : I1A209076
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN : PERIKANAN
KELOMPOK : XI
ASISTEN PEMB. : ZULFATRI RANDHI


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Annelida berasal dari kata annulus yang artinya cincin. Cacing ini bentuknya gilik, memanjang, tersusun atas ruas-ruas atau segmen. Pada setiap segmen terdapat alat-alat tubuh misalnya alat pengeluaran, alat reproduksi, serabut saraf dan sebagainya sehingga setiap segmen itu memiliki kesamaan. Segmen yang sama tersebut disebut metameri. Hewan ini tergolong triploblastik selomata.
Phylum Annelida ialah cacing yang beruas-ruas. Di antaranya yang terkenal ialah cacing tanah dan cacing laut, terdapat di laut, air tawar, dan darat. Ciri khas Phylum Annelida ialah tubuh yang terbagi menjadi ruas-ruas (segment) yang sama baik di bagian luar maupun di bagian dalam kecuali saluran pencernaan dan tersusun sepanjang antero-posterior. Semua organ pembuluh darah, syaraf, alat ekskresi dan gonad terdapat di setiap ruas (Aslan, dkk., 2008).
Filum Annelida merupakan cacing selomata berbentuk gelang yang memiliki tubuh memanjang, simetri bilateral, bersegmen, dan permukaannya dilapisi kutikula. Dinding tubuh dilengkapi otot. Memiliki prostomium dan sistem sirkulasi. Saluran pencernaan lengkap. Sistem ekskresi sepasang nephridia di setiap segmen. Sistem syaraf tangga tali. Sistern respirasi terdapat pada epidermis. Reproduksi monoesis atau diesis dan larvanya trokofor/veliger. Kebanyakan cacing annelida hidup akuatik di laut dan terestrial di air tawar atau darat. Filum Annelida dibagi menjadi kelas Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Pembagian ke dalam kelas terutama didasarkan pada segmentasi tubuh, seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada tidaknya batil isap, dan sistem reproduksi. Kelas Polychaeta dibagi menjadi kelompok Errantia dan Sedentaria didasarkan pada kesempurnaan bentuk parapodium, siri, ada tidaknya rahang, probosis, bentuk segmen dan letak insang. Kelas Oligochaeta dibagi menjadi ordo Plesiopora, Prosotheca, Prosopora, dan Opisthopora berdasarkan alat ekskresi, letak gonofor, dan letak spermateka. Kelas Hirudinea dibagi menjadi ordo Acanthobdellida, Rhynchobdellida, Dnathobdellida, dan Erpobdellida berdasarkan ada tidaknya batil isap dan probosis, serta septum pada segmen tubuh. Beberapa spesies dari Filum Annelida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Berdasarkan hal di atas maka praktikum tentang Filum Annelida penting untuk dilakukan.

1.2 . Tujuan dan Manfaat Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk secara morfologi dan anatomi serta bagian-bagian filum Annelida.
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum ini sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis filum Annelida.






II. TINJAUAN PUSTAKA


2. 1. Klasifikasi
1. Cacing laut (Nereis sp.)

Gambar 23 . Nereis sp.
Menurut Anonim (2002), klasifikasi cacing laut sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Sub filum : Invertebrata
Class : Polychaeta
Ordo : Errantia
Famili : Nereidae
Genus : Nereis
Spesies : Nereis sp.





2. Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)



Gambar 24. Lumbricus terrestis
Menurut Kikie (2006), klasifikasi cacing tanah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Sub filum : Invertebrata
Class : Oligochaeta
Ordo : Ophistopora
Famili : Pheretimidaeri
Genus :Lumbricus
Spesies : Lumbricus terrestis
2.2. Morfologi dan Anatomi
Ciri khas Phylum Annelida adalah tubuh terbagi menjadi ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu anterior dan posterior. Bagian tubuh paling anterior disebut prostomium bukanlah suatu ruas, demikian pula bagian di ujung posterior yang disebut pigidium, dimana terdapat anus. Segmentasi pada annelida tidak hanya membagi otot dinding tubuh saja melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom dengan sekatan yang disebut septum, jamak septa. Tiap septum terdiri dua lapis peritoneum, masing-masing berasal dari ruas di muka dan di belakangnya. Saluran pencernaan lengkap, lebih kurang lurus, memanjang dari mulut di anterior dan anus di posterior. Pencernaan ekstraseluler dan alat eksresi adalah nephridia, terutama metanephridia, yang terdapat sepasang di tiap ruas. Sistem pernafasannya melalui seluruh kulit, insang atau apendiks. Peredaran darah tertutup dan sistem saraf terdiri dari sepasang cerebral ganglia atau otak pada prostomium. Saraf penghubung melingkari pharynx, sebuah atau sepasang banang saraf ventral sepanjang tubuh, yang dilengkapi sebuah ganglion dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas (Simmon, 2004).
Cacing Polychaeta umumnya berukuran panjang 5-10 cm dengan diameter 2-10 mm. Pada tiap sisi lateral ruas tubuh polychaeta, kecuali kepala dan bagian ujung posterior, biasanya terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae. Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih dan biramus, terdiri atas notopodium dan neuropodium, masing-masing ditunjang oleh sebuah batang kitin yang disebut acicula. Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada neuropodium terdapat cirrus ventral. Pada prostomium terdapat mata, antena dan palp. Sesudah prostomium mengalami modifikasi dengan adanya alat indera seperti cirrus peristomium, prostomium dan peristomium dianggap sebagai polychaeta. Gerak polychaeta disebabkan oleh perpaduan gerak antara parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh. Polychaeta umumnya bernafas dengan insang, tetapi bentuk dan letaknya berbeda-beda tergantung jenisnya. Meskipun mempunyai insang, pertukaran gas melalui permukaan tubuh masih terjadi. Pada umumnya insang berkaitan erat dengan parapodia atau meruapakan modifikasi dari sebagian parapodia, misalnya cirrus dorsal. Pada polychaeta dengan metamerik hampir sempurna, tiap ruas mengandung insang kecuali ujung anterior dan posterior. Pada cacing yang mengalami modifikasi, jumlah dan letak insang terbatas pada ruang-ruang tertentu (Aslan, dkk,. 2007).
Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) tubuhnya silindris, segmennya tampak jelas memiliki sedikit rambut. Kepala (prostomium) jelas, tetapi tidak dilengkapi mata, tentakel, dan parapodia, tetapi tetap peka terhadap cahaya karena di sepanjang tubuhnya terdapat organ-organ perasa. Pada sepertiga dari bagian depan tubuhnya terdapat clitellum yang dibentuk oleh beberapa segmen berdekatan yang mengalami penebalan. Di dalam clitellum berisi berbagai macam kelenjar. Kepalanya kecil dan tidak mempunyai alat peraba (Pratiwi, 2000).
2.3 Habitat dan Penyebarannya
Polychaeta banyak ditemui di pantai, sangat banyak terdapat pada pantai cadas, paparan lumpur dan sangat umum ditemui di pantai pasir. Beberapa jenis hidup dibawah batu, dalam lubang lumpur dan yang lainnya lagi hidup dalam tabung yang terbuat dari berbagai bahan. Meskipun mereka adalah hewan benthic, tetapi beberapa jenis berenang bebas di dekat permukaan laut, terutama selama musim memijah. (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Kelas Oligochaeta merupakan jenis akuatik terdapat pada segala habitat air tawar, terutama yang dangkal. Umumnya membuat liang di dalam lumpur atau sampah (Aslan, dkk., 2008).
III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 15 Oktober 2010 pukul 15.00 - Selesai dan bertempat di Laboratorium C, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univeritas Haluoleo, Kendari.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Alat dan bahan yang digunakan beserta fungsinya
No. Alat dan Bahan Fungsi

1.
2.
3.

.
1.
2. A. Alat
Baki
Pisau bedah
Alat menggambar

B. Bahan
Cacing laut (Nereis sp)
Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
- Tempat untuk membedah bahan
- Untuk membedah bahan
- Untuk menggambar morfologi dan anatomi obyek yang diamati

- Sebagai bahan yang diamati
- Sebagai bahan yang diamati







3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan pada organisme annelida yang telah diambil dari perairan dan tanah
2. Meletakkan orgaisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian organism tersebut.
3. Menggambar bentuk secara morfologi dan anatomi pada bagian-bagian organisme yang telah diidentifikasi dan diberi keterangan pada buku gambar.
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini sebagai berikut:
1. Cacing laut (Nereis sp.)

Keterangan:
1. Kepala
2. Mulut
3. Ruas
4. Anus
5.Rambut





Gambar 25. Morfologi Nereis sp.

2 .Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
Keterangan:
1. Mulut
2. Ruas
3. Klitellum
4. Anus





Gambar 26. Morfologi Lumbricus terrestris



4.2 Pembahasan
Pada pengamatan Nereis sp yang termasuk dalam kelas Polychaeta tampak morfologinya terdiri dari kepala, mulut, ruas, rambut dan anus . Pada tubuh Nereis sp ini ditemukan banyak bulu yang menyebar pada parapodia yang melekat pada sisi masing-masing ruas tertentu. Parapodia selain berfungsi sebagai alat gerak juga berfungsi sebagai alat pernapasan bantuan. Sedangkan tentakelnya berfungsi untuk mendeteksi makanan dan perubahan lingkungan. Pada tiap sisi lateral ruas tubuh polychaeta, kecuali kepala dan bagian ujung posterior, biasanya terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae, parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih dan biramus, terdiri atas notopodium dan neuropodium, masing-masing ditunjang oleh sebuah batang kitin yang disebut acicula, gerak polychaeta disebabkan oleh perpaduan gerak antara parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga tubuh. Pada bagian anterior cacing laut terdapat jaws yang berfungsi untuk mengoyak makanan dan menakuti mangsa, terdapat juga tentakel prostomial yang berfungsi untuk mendeteksi makanan dan perubahan lingkungan.
Pada pengamatan Lumbricus terrestris yang termasuk dalam kelas Oligochaeta tampak morfologinya terdiri dari mulut, ruas, clitellum dan anus. Sedangkan pada anatominya terdiri dari mulut, otak, crop, spermatheca, gizard, seminal vesicle, dorsal vessel, jantung, vas deverens, clitellum, prostate, male gonopore, intestine dan intestinal caecum. Mulut berfungsi sebagai tempat memasukkan makanan berupa substrat yang mengandung ganggang filamen, diatom, detritus, berbagai tanaman dan hewan. Pada cacing ini juga ditemukan beberapa segmen dengan epidermis yang menebal disebut clitellum yang merupakan ciri khas bagian reproduksi cacing. Clitellum digunakan sebagai alat untuk melakukan proses reproduksi dan mengandung sejumlah lendir. Pada sepertiga dari bagian depan tubuhnya terdapat clitellum yang dibentuk oleh beberapa segmen berdekatan yang mengalami penebalan. Di dalam clitellum berisi berbagai macam kelenjar atau lendir. Yang membedakan antara cacing laut dan cacing tanah yaitu pada cacing laut tidak terdapat clitellum sedangkan pada cacing darat tidak terdapat jaws pada bagian anteriornya, dan tentakel prostomial.


















V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada morfologi dari kelas Polychaeta dengan spesies Nereis sp ini nampak adanya kepala,mulut ,ruas, anus dan parapodia atau bulu .
2. Pada morfologi dari kelas Oligochaeta dengan spesies Lumbricus terrestris ini nampak adanya mulut, ruas, clitellum dan anus. Sedangkan pada anatominya terdiri dari mulut, otak, crop, spermatheca, gizard, seminal vesicle, dorsal vessel, jantung, vas deverens, clitellum, prostate, male gonopore, intestine dan intestinal caecum.
3. Perbedaan antara cacing laut dan cacing tanah yaitu pada cacing laut tidak terdapat clitellum sedangkan pada cacing darat tidak terdapat jaws pada bagian anteriornya dan tentakel prostomial.
4. Peranan annelida bagi perikanan yaitu sebagai sumber makanan bagi ikan maupun hewan-hewan lain yang hidup di laut.
A. Saran
Pada saat praktikum berjalan agar semua anak praktikan harus memperhatikan asisten dalam menjelaskan tentang filum yang dipraktekan.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2002. Clamworm. http://www.iptek.net.id/ind/pd_invertebrata/index.php?mnu=2&id=16. Di akses pada tanggal 25 Oktober 2010 pukul 19.00 WITA.
.

Aslan, dkk., 2007. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

_ _ _ _ . 2008. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Kikie. 2006. Klasifikasi Cacing Tanah. UGM. Yogyakarta.

Pratiwi, D.A., 2000. Buku Penuntun Praktikum Biologi I. Erlangga. Jakarta.

Romimohtarto dan Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

Simmon. 2004. The Clam Worm. Bali Pos. Bali








LAPORAN AVERTEBRATA AIR

(FILUM COELENTERATA)






OLEH :

NAMA : LA SUKIRMAN
NO. STAMBUK : I1A209076
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN : PERIKANAN
KELOMPOK : XI (SEBELAS)
ASISTEN PEMB. : ZULFATRI RANDHI



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Filum coelenterate (Cnidaria) berasal dari kata Cnide (bahasa yunani) yang berarti sengat. Hewan dalam filum sederhana yang telah memiliki jaringan yang lebih lengkap dibanding dengan filum porifera karena pada dinding tubuhnya telah memiliki tiga lapisan yaitu ectoderm (lapisan paling luar ), mesoglea (lapisan tengah), dan gastoderm (lapisan bagian dalam) dan coelenterata hidup mulai dari periode Cambrian sampai sekarang.
Hewan karang termasuk salah satu anggota dari filum Coelenterata. Coelenterata berasal dari kata koilos yang berarti rongga tubuh atau selom dan enteron yang berarti usus. Semua hewan yang memiliki tubuh berbentuk rongga atau kantong yang digunakan sebagai usus, digolongkan ke dalam Filum Coelenterata. Karena itu Coelenterata disebut juga sebagai hewan kantong. Filum Coelenterata disebut juga Cnidaria, berasal dari kata cnide (bahasa Yunani) yang berarti sengat.
Filum Coelenterata merupakan hewan tingkat rendah yang memiliki jaringan ikat yang terdiri dari 2 bentuk individu yaitu, polip dan medusa. Polip berbentuk seperti lubang, satu ujung tertutup dan merupakan tempat untuk melekat sedangkan yang lainnya dengan mulut terletak di tengah-tengah, biasanya dikelilingi oleh tentakel yang lunak. Sedangkan medusa yaitu individu yang berenang-renang bebas dengan tubuh seperti gelatin, bentuknya mirip payung
dilengkapi dengan tentakel dan memiliki mulut yang menonjol di tengah-tengah di daerah cekung bawah (Aslan, dkk., 2007).
Anggota dari Filum Coelenterata juga memiliki peranan yang cukup penting bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu sehingga diadakannya praktikum ini.
I.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui filum coelenterata secara morfologi dan anatomi serta dapat mengetahui dan mengklasifikasikan filum coelenterate.
Manfaat diadakannya praktikum ini adalah sebaga bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum coelenterate.







II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi
1. Anemon (Metridium sp.)


Gambar 37. Metridium sp.
Menurut Suwignyo (2005), klasifikasi anemon laut sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Colenterata
Sub filum : Invertebrata
Sub class : Zoantharia
Class : Anthozoa
Ordo : Actiniaria
Famili : Actiniaceae
Genus : Metridium
Spesies : Metridium sp.
2. Karang (Coral)



Gambar 38. Corel

Menurut Suwignyo (2005), klasifikasi karang batu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Colenterata
Sub filum : Invertebrata
Sub class : Zoantharia
Class : Anthozoa
Ordo : Scleractinia
Famili : Scleracticeae
Genus : Acropora
Spesies : Corel
2.2 Morfologi dan Anatomi
Dari segi morfologinya Phylum Coelenterata memiliki tubuh simetri radial, struktur tubuh coelenterata dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu polyp yang hidup menetap dan medusa yang hidup berenang bebas. Bentuk polyp lebih kurang silindris, dengan satu ujung disebut oral yang mengandung mulut yang dikelilingi tentakel di ujung lainya yang menempel pada substrat disebut aboral. Sedangkan struktur anatominya, dinding tubuhnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu epidermis merupakan lapisan paling luar, endodermis merupakan lapisan paling dalam dan membatasi rongga pencernaan, serta mesoglea yang terletak di antara epidermis dan gastrodsermis (Suwignyo, 2005).
Pada tubuh coelenterata sebelah atas terdapat lubang mulut, dikelilingi oleh lengan-lengan yang disebut tentakel. Jumlah tentakel bermacam-macam, tergantung spesiesnya. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel beracun yang dapat mengeluarkan racun bila disentuh. Sel-sel beracun tersebut dinamakan knidoblas atau sel penyengat atau nematosis. Ini digunakan sebagai senjata pengusir mangsa, atau untuk melemahkan mangsa yang tertangkap tentakel. Tentakel dapat bergerak karena aliran air. Tubuhnya seperti kantong atau tabung, dan terdapat bagian “kaki” untuk menempelkan diri pada benda lain di dalam air (Anonim, 2004).

II.3. Habitat dan Penyebarannya
Filum Coelenterata terdapat sekitar 9.500 spesies, kebanyakan hidup di laut, dan hanya 14 spesies dari kelas Hydrozoa yang hidup di air tawar. Biasanya terdapat di perairan dangkal, dan melekat pada substrat dan terumbu karang, ekosistem karang merupakan suatu ekosistem khas daerah tropik di perairan dengan temperatur tropis atau subtropis dan terletak antara 30° LU dan 30° LS equator. Karang tumbuh dan berkembang di laut tropis pada tempat yang relatif dangkal, hangat dan umumnya dekat dengan pantai. Karang tumbuh pada daerah yang lautnya cukup jernih, temperatur antara 15-30. Habitat hidup karang memerlukan penetrasi cahaya yang cukup dan kedalaman yang sesuai yaitu antara 1-30 m, gelombang atau ombak tidak terlalu besar demikian pula perbedaan tinggi pasang dan surut (Naim, 2007).
Habitat anemon laut umunya hidup di daerah pasang surut dan mengambil pasir/pecahan cangkang keong untuk ditutupkan di badannya sebagai pelindung. Sebagian anemon laut hidup di atas karang batu, beberapa jenis melintang di pasir dan lumpur (Anonim, 2006).

















III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 6 September 2010 pukul 09.00-Selesai dan bertempat di Laboratorium C, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univeritas Haluoleo, Kendari.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan beserta fungsinya
No. Alat dan Bahan Fungsi
1.




2.
Alat
- Baki (Disecting-pan)
- Pisau bedah (Scalpel)
- Alat menggambar

Bahan
- Anemon(Metridium sp.)
- Karang (Corel)
- Tempat untuk membedah bahan
- Untuk membedah bahan
- Untuk menggambar morfologi dan anatomi obyek yang diamati

- Sebagai obyek yang diamati
- Sebagai obyek yang diamati




3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum kali ini sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan pada organisme filum coelenterata yang telah diambil dari perairan.
2. Meletakan organisme pada baki kemudian mengidentifikasi bagian-bagian organisme tersebut.
3. Menggambar bentuk secara morfologi daan anatomi bagian-bagian organism yang telah diidentifikasi dan diberi keterangan pada buku gambar.















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Anemon (Metridium sp)

Keterangan
1. Mulut
2. Pharix
3. Gonads




Gambar. 39 Morfologi Metridium sp.

2. Karang (Corel)

Keterangan:
1. Tentakel
2. Nematocyst
3. Epidermis





Gambar 40. Corel

4.2 Pembahasan
Pada pengamatan anemon laut (Metridium sp.) yang termasuk dalam kelas Anthozoa tampak bahwa morfologinya terdiri dari mulut, pharix, dan gonads. Di bagian oral agak melebar terdapat mulut yang dikellilingi tentakel bolong berjumlah 6 helai sampai beberapa ratus helai. Tentakel tersebut mengandung nematosis yang berfungsi sebagai mulut dan melumpuhkan mangsanya. Jumlah tentakel bermacam-macam, tergantung spesiesnya. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel beracun yang dapat mengeluarkan racun bila disentuh. Sel-sel beracun tersebut dinamakan knidoblas atau sel penyengat atau nematosis. Ini digunakan sebagai senjata pengusir mangsa, atau untuk melemahkan mangsa yang tertangkap tentakel. Tentakel dapat bergerak karena aliran air. Tubuhnya seperti kantong atau tabung, dan terdapat bagian “kaki” untuk menempelkan diri pada benda lain di dalam air.
Pada pengamatan karang (Corel.) yang termasuk dalam kelas Anthozoa tampak bahwa morfologi dan anatominya terdiri dari tentakel, nematocyst dan epidermis. Menurut Suwignyo (2005), polip corel adalah karnivora atau pemakan detritus. Kegiatan makan dan mengembangkan tentakel dilakukan pada malam hari. Filamen melebar samapi ke tengah rongga gastrovaskular, bahkan keluar dari mulut apabila memakan mangsa yang besar. Rangka luar terdiri dari kristal CaCO3 menghasilkan rangka kapur berbentuk seperti mangkuk.




V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada morfologi dan anatomi dari kelas Anthozoa dengan spesies Metridium sp. ini nampak adanya mulut, pharix dan gonads.
2. Pada morfologi dan anatomi dari kelas Anthozoa dengan spesies Corel nampak adanya tentakel, nematocyst dan epidermis.

5.2 Saran
Agar setiap selesai melakukan praktikum harus di bersihkan semua bahan-bahan yang telah di pakai.









DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2004. Invertebrata. http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID5.
Di akses pada tanggal 10 November 2010 pukul 19.00 WITA.

_ _ _ _ _. 2006. Habitat Anemon Laut.
http://www.kambing.ui.ac.id/bebas/v12/Sponsor- Pendamping/Praweda/Biologi/0018%Bio%201-4d.htm. Di akses pada tanggal 10 Noveber 2010 pukul 19.00 WITA.

Naim, A. 2007. Deskripsi Karang dan Habitatnya. Erlangga. Jakarta.

Suwignyo, dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Penebar Swadaya. Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar